Cara Rahasia Menjadi Seperti Perawan Kembali

Rabu, 05 Oktober 2011

HEBAL NABAWI MADU + APEL + ANGGUR YANG DIRAMU SECARA KHUSUS DENGAN MANGGIS MENGHASILKAN SEBUAH JUS MANGGIS DENGAN MEREK XAMTHONE PLUS YANGSANGAT BERKHASIAT DAN TERBUKTI MENGOBATI BERBAGAI PENYAKIT GLUKOMA.
=======
Peluang usaha waralaba jus manggis xamthone plus klik www.waralabaxamthone.com UNTUK BELANJA ONLINE KLIK www.binmuhsingroup.comDETAILPRODUK KUNJUNGI www.grosirxamthoneplus.blogspot.comUNTUK PEMESANAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster binmuhsin_group@yahoo.co.id
=======
xamthone plus ada ijin depkes dan bp pom serta mui terbukti mencegah dan mengobati GLUKOMA, ambeien,amandel,asma,alergi,alzheimer,asam urat,batu empedu,batu ginjal,darah tinggi, darah rendah, demam, demam berdarah, dpresi, diabetes,diare,epilepsi, flu plike,gagal ginjal,gatal-gatal,gusi berdarah,hepatitis A B C ,hernia,herpes,impotensi/vitalitas,insomnia/susah tidur,jantung koroner, kanker,kista,keputihan,kolesterol, kurang darah/anemia,kusta, lesu lelah,leukemia,liver,maag, malaria,rambut rontok,menstruasi sakit, panas dalam,parkinson,kecapean, narkoba, osteoporosis, eksim, prostat, artritis, sembelil, stress, stroke, tbc, tumor, typus, usus buntu, lupus dlln jantung stroke kanker diabetes ginjal, prostat, maag, asma.. dlln
=======
BUKITTINGGI - Data dari WHO (2011) menggambarkan bahwa saat ini terdapat 285 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan. Sembilan puluh persen penderitanya berada di negara berkembang. Sedangkan menurut data Riskesdas 2007, prevalensi nasional Glaukoma adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi Glaukoma diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

Demikian sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp. P, MARS yang mewakili Menteri Kesehatan pada pembukaan Pencanangan Hari Glukoma dan The 8th Sumatera Ophthalmologists Meeting, tanggal 11 Maret 2011.

WHO telah mencanangkan Vision 2020 yakni “The Right to Sight”, yang terdiri dari tiga strategi, yaitu; Pertama, pengembangan pengendalian penyakit secara terintegrasi melalui penyediaan SDM, infrastrukstur dan teknologi yang saling menunjang disetiap tingkat pelayanan kesehatan. Kedua, Advokasi dan promosi Vision 2020 disetiap level pelayanan kesehatan dengan penguatan strategi yang mendukung vision 2020. Ketiga, kemitraan antar negara, organisasi profesi, NGO , WHO dan stakeholder lainnya.

Di Indonesia program ini dikenal sebagai Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di Masyarakat. Implementasi dari program ini adalah hak dari setiap manusia untuk mendapatkan hak penglihatan yang baik dengan pelayanan kesehatan mata yang bermutu, merata dan terjangkau.

Dirjen Bina Upaya Kesehatan menyampaikan bahwa data-data tersebut dilihat dari beberapa daerah yang menjadi prioritas kita dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan. Jejaring pelayanan kesehatan yang adekuat akan sangat membantu menanggulangi persoalan ini. Upaya Kesehatan Perorangan dan Masyarakat seperti Puskesmas, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Rumah Sakit Mata, dan Rumah Sakit rujukan lainnya diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan mata secara maksimal. Walaupun masih jumlah tenaga profesional di bidang kesehatan mata dan jumlah sarana prasarana yang mendukung dirasakan masih terbatas bila dibandingkan dengan besarnya masalah yang dihadapi, secara bertahap kita akan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan mata ini dengan upaya menambah dan meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kesehatan profesional khususnya spesialis mata dan meningkatkan jumlah fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang.

Beberapa kasus penyakit mata yang mengancam terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan sesungguhnya dapat dideteksi sejak dini, seperti penyakit Glaukoma, yang diharapkan telah dapat diketahui sejak dini di tingkat Puskesmas. Oleh karenanya tenaga kesehatan di Puskesmas harus memiliki kemampuan dasar dalam mendeteksi kelainan pada berbagai penyakit mata yang mengancam gangguan penglihatan atau kebutaan ini.

Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi, Swasta dan masyarakat. sehingga diperlukan koordinasi yang baik antara Fasyankes/Rumah sakit, Dinas Kesehatan serta Kementerian Kesehatan dalam menghadapi setiap permasalahan yang timbul di masyarakat terkait kesehatan mata. Kementerian Kesehatan sangat mendukung setiap upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan.

Penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diwujudkan bila para petugas kesehatan dapat melaksanakan dan meningkatkan profesionalismenya secara bersungguh-sungguh. Tuntutan akan mutu juga akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, serta dipengaruhi oleh tuntutan globalisasi dan masuknya pasar bebas ke Indonesia saat ini.

Dirjen mengungkapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada para tenaga profesional khususnya di bidang kesehatan mata yang telah mendedikasikan ilmunya untuk meningkatkan kesehatan mata masyarakat Indonesia. Para dokter spesialis mata, dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya diharapkan tetap konsisten dan meningkatkan mutu layanan yang nantinya diharapkan Indonesia akan bebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan. Humas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar